Senin, 28 April 2008

Ibu dan anak

" green muslim women " by Nurull Hudha Bellina


"Yoruba Wedding_Muslim Women by ademmm



IBU YANG BAIK MENCETAK ANAK YANG BAIK

Oleh
Nurull Hudha Bellina


Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa
Universitas Negeri Jogjakarta
Tingkat akhir




Ketika melihat seorang anak yang perilakunya kurang baik, orang lain cenderung berpendapat bahwa itu merupakan pengaruh pola asuh orang tua yang kurang tepat, dan sering kali perilaku anak dianggap sebagai cermin pribadi orang tuanya.

Ternyata, pendapat tersebut bukan sekedar pernyataan yang bisa dipandang sebelah mata, akan tetapi benar-benar perlu kita perhatikan karena sesuai dengan Sabda Rasul utusan AllaaHh Shub-HanaHhu wa ta’aalaa Nabi Agung Sayyidina Muhammad SAW. bahwa :

”Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.
Ayah ibu-nyalah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”
HR. Bukhari


Dapatlah kita pahami bahwa ayah dan ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkembangan dan pembentukan pribadi anak, pola asuh dari kedua orang tua-lah yang akan menuntun perilaku anak ke arah kebaikan atau justru sebaliknya.
Kriteria manusia yang paling baik menurut Allah telah tersurat jelas dalam firman_Nya
AllaaHh Shub-HanaHhu wa ta’aalaa


“...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu...”
QS.Al-Hujuraat [49] : 13


Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, namun Allah Swt membekali setiap diri dengan pendengaran, penglihatan, dan hati supaya dipergunakan untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan-Nya.


“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
QS. An-Nahl [16] : 78


Ketika seseorang bersungguh-sungguh mempergunakan potensi tersebut untuk memahami tujuan hidupnya, kemudian ia menjalani dan mengisi kehidupan dengan amal sholeh, itulah jalan orang yang bertaqwa, dan itulah yang kelak menyelamatkannya dari siksa api neraka.


“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”
QS Al-A’raaf [7] : 179


Allah Maha Mengenal dan Maha Mengetahui. Dia sangat mengerti bahwa manusia dengan berbagai kekurangannya tidak akan mampu menemukan dan menjalani keimanan tanpa petunjuk dari-Nya. Maka Allah memberikan dua hal kepada manusia yang jika ia mengikutinya, maka ia akan jauh dari kesesatan, sebagaimana yang tertulis dalam firman_Nya
AllaaHh Shub-HanaHhu wa ta’aalaa

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata"
QS.Ali Imran [3] : 164


Al-Qur’an adalah rahmat bagi umat manusia yang akan menuntunnya ke jalan keimanan. Maka dalam hal ini orang tua harus memperkenalkan dan menanamkan kecintaan dan pemahaman yang lurus terhadap Al-Qur’an pada anak, karena inilah sumber ilmu terbaik yang diberikan oleh Allah Swt.
Allah telah memberi amanah kepada setiap hamba AllaaHh Shub-HanaHhu wa ta’aalaa


”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”
QS. At-Tahrim [66] : 6


Setiap manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara diri dan keluarganya dari kesesatan yang mengarah pada siksa api neraka dengan mengikuti atau mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Kemudian dalam hal ini dapat kita ambil pengertian bahwa kehadiran orang tua diperlukan untuk senantiasa mendampingi dan mengarahkan tiap langkah perkembangan anak, memahamkannya pada Al-Qur’an sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang bertaqwa.
Allah memberi amanah kepada ’orang-orang yang beriman’, artinya bukan hanya ibu tapi juga ayah.
Porsi kehadiran seorang ayah bukan sebagai pencari nafkah saja, akan tetapi ayah pun memiliki peran penting dalam pendidikan dan pengasuhan anak, bahkan dapat dikatakan setara dengan peran ibu, hanya sedikit berbeda kadar kualitas dan kuantitasnya.

Demikian penting hubungan ayah dan anak hingga Allah menamai salah satu surat dalam Al-Qur’an dengan nama seorang ayah yang begitu piawai mendidik anaknya, nasehat-nasehat yang disampaikan pada sang anak tertulis jelas dalam QS. Luqman sehingga kita pun dapat mengambil pelajaran daripadanya. Meskipun demikian, mari kita ingat kembali hadist berikut ini:

Dari abu Hurairah ra, dia menceritakan, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Saw seraya bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak saya pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu” Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?”, “Ibumu” jawab beliau. “Lalu siapa lagi?” Tanya orang itu. Beliau pun menjawab: “Ibumu”. Selanjutnya bertanya: “Lalu siapa?”, beliau menjawab: “Bapakmu”.
HR. Bukhari-Muslim


Sebelumnya telah dikatakan bahwa peran kedua orang tua dalam mendidik anak hampir setara, tapi mengapa Rasulullah Saw begitu mengutamakan ibu? Sebenarnya hal tersebut terkait erat dengan faktor qudwah, yaitu figur, panutan, atau teladan. Dibandingkan dengan ayah, ibu biasanya lebih banyak mengisi waktu bersama anak. Ibu yang biasa mendampingi anak dalam setiap aktivitasnya, dan ibu juga yang menyediakan setiap keperluannya.
Maka wajar jika intensitas pertemuan tersebut membuat figur ibu begitu melekat dalam hati si anak. Anak belajar dari teladan yang ditampilkan oleh lingkungan, lebih banyak memahami dan melakukan sesuatu dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang disampaikan kepada mereka.
Ketika kita jumpai seorang ibu menyuruh anaknya untuk makan sambil duduk tetapi sang anak tetap tidak mau, boleh jadi karena beberapa kali ia pernah melihat ibunya makan sambil berdiri atau bahkan sambil jalan, sehingga diminta berapa kali pun sang anak tidak akan menurut.
Jika ada anak yang sudah cukup besar tetapi tidak mau memakai pakaian dan sepatunya sendiri, boleh jadi karena ibunya selalu melakukan hal-hal tersebut untuknya dan kurang memberi kesempatan padanya untuk mencoba melakukan sendiri, sehingga ia terbiasa dibantu. Anak-anak memang baru mengetahui sedikit hal, tapi mereka bukan sulit memahami (kecuali dalam kasus tertentu). Anak-anak justru mempunyai kemampuan untuk mempelajari suatu hal dengan sangat cepat, maka mari kita perhatikan akhlaq kita, karena disengaja maupun tidak, apa yang tampak dari diri kita akan ditiru oleh si buah hati.

Otak anak berkembang hingga mencapai perkembangan 80% dari sempurna ketika anak berusia 5 tahun, tinggal 20% lagi perkembangan otak yang masih bisa dioptimalkan selama sisa usianya. Artinya, pengalaman; lingkungan; pola asuh; pola didik; dan pola hidup yang dialami pada 5 tahun awal kehidupan amat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi seseorang.

Dalam hal ini wanita atau ibu adalah sumber belajar anak yang pertama dan utama, sehingga bagaimana pribadi anak terbentuk sangat dipengaruhi oleh bagaimana ibu mengkondisikan anak untuk menerima stimulasi-stimulasi perkembangan yang ibu berikan, tentu saja berbagai stimulasi harus diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada usianya supaya timbul dampak yang optimal. Ibu yang shalihah akan senantiasa berusaha mengenalkan dan mendekatkan anak pada Allah, berusaha supaya anak memiliki hati yang lembut sehingga mudah menerima kebenaran, sehingga kelak mereka termasuk dalam golongan manusia yang baik sesuai kriteria yang Allah tetapkan. Manusia-manusia bertaqwa inilah yang akan membawa kebaikan di muka bumi, sebagaimana firman AllaaHh Shub-HanaHhu wa ta’aalaa


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...”
QS.Al-A’raaf [7] : 96


Ibu, mari kita senantiasa memperbaiki diri, tekun mengkaji, dan berusaha menjadi hamba AllaaHh Shub-HanaHhu wa ta’aalaa yang shalihah sehingga dapat mendidik anak-anak yang kelak menjadi penolong agama Allah Swt. Ilmu merupakan pemelihara iman, maka selain menumbuhkan keimanan dalam jiwa anak, bekali pula mereka dengan ilmu sehingga mereka menjadi generasi-generasi mu’min yang kokoh.

3 komentar:

ariijun mengatakan...

...
bagus
...

ariijun mengatakan...

...nurull hudha bellina,
mana karyamu yang laen???
ayo terus berkarya...

ariijun mengatakan...

...kutunggu...